PENGARUH HORMON GIBERELIN (GA3) TERHADAP
DAYA KECAMBAH Calopogonium caeruleum
(Tugas Paper
Fisiologi Tumbuhan)
Oleh
Muhammad
Ikhwan Alrasyid
1314121107
JURUSAN AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2015
I.
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Kita sering melihat
green cover crop atau pupuk hijau pada tanaman perkebunan seperti sawit dan
karet. Biasanya, tumbuhan yang digunakan
untuk covercrop adalah tanaman kacang-kacangan,
paling sering digunakan adalah Calopogonium
caeruleum. Selain mudah
perawatannya, tanaman Calopogonium
caeruleum ini dapat berguna sebagai pakan ternak saat sudah tidak ingin
digunakan. Namun tanaman ini mempunyai benih yang berkulit tebal. Hal ini merupakan salah satu kendala dalam
pembibitan legum ini. Upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasinya adalah
dengan menggunakan zat pengatur tumbuh (Plant growth regulator) giberelin
(GA3).
Giberelin (GA3)
berperan dalam pembentangan dan pembelahan sel, pemecahan dormansi biji
sehingga biji dapat berkecambah, mobilisasi endosperm cadangan selama
pertumbuhan awal embrio, pemecahan dormansi tunas, pertumbuhan dan perpanjangan
batang, serta perkembangan bunga dan buah. Wattimena (1992) menyatakan
giberelin eksogen yang umum digunakan dan tersedia di pasaran adalah GA3
(giberelin-3), yang dikenal juga dengan nama asam giberelat.
Walaupun saat ini telah
diketahui tumbuhan dapat menghasilkan GA3 sendiri, akan tetapi
jumlah yang dihasilkan sendiri oleh tumbuhan tersebut belum cukup untuk merangsang
perkecambahan terutama untuk biji berkulit keras. Perendaman dengan GA3 terhadap biji
yang berkulit keras perlu dilakukan untuk mempercepat proses perkecambahan.
Perendaman biji yang lebih lama diharapkan akan meningkatkan zat pengatur
tumbuh yang diserap biji sehingga dapat mempercepat perkecambahan dan
meningkatkan persentase perkecambahan yang
mengakibatkan
pertumbuhan juga akan meningkat. Berdasarkan
uraian diatas, maka dilakukan penelitian untuk mengetahui pengaruh hormon
giberelin (GA3) terhadap daya kecambah Calopogonium
caeruleu.
1.2
Tujuan
Percobaan
Tujuan dari percobaan
kali ini adalah:
1. Mengetahui
pengaruh tinggi konsentrasi giberelin GA3 bagi daya berkecambah benih Calopogonium caerule
2. Mengetahui
pengaruh lama perendaman benih Calopogonium
caeruleum pada giberelin GA3.
II.
TINJAUAN
PUSTAKA
Calopogonium
caeruleum merupakan salah satu jenis legum yang
dimanfaatkan
sebagai tanaman pakan
dan tanaman penutup tanah di lahan perkebunan karet
atau kelapa sawit.
Tumbuhan ini berasal dari Meksiko, Amerika Tengah dan India
Barat dan daerah
tropika Amerika Selatan bagian timur. Sekarang,
C. caeruleum
sudah tersebar meluas
di daerah tropika basah dan dimasukkan ke Asia Tenggara
pada tahun 1940 (Mannetje
dan Jones, 1992). Calopogonium caeruleum mempunyai
kulit tebal. Hal ini merupakan salah
satu kendala dalam pembibitan legum ini. Upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasinya
adalah dengan menggunakan zat pengatur tumbuh (Plant growth regulator)
giberelin (GA3).
Zat pengatur tumbuh
merupakan senyawa organik bukan nutrisi yang dalam konsentrasi yang rendah
dapat mendorong, menghambat atau secara kualitatif
mengubah pertumbuhan
dan perkembangan tanaman (Davies, 1995). Salah
satu zat pengatur
tumbuh yang sering digunakan adalah giberelin yang banyak
berperan dalam
mempengaruhi berbagai proses fisiologi tanaman. Hopkin (1995)
melaporkan bahwa
giberelin berperan dalam pembentangan dan pembelahan sel,
pemecahan dormansi biji
sehingga biji dapat berkecambah, mobilisasi endosperm
cadangan selama
pertumbuhan awal embrio, pemecahan dormansi tunas, pertumbuhan dan perpanjangan
batang, perkembangan bunga dan buah, pada
tumbuhan roset mampu
memperpanjang internodus sehingga tumbuh memanjang.
Wattimena (1992)
menyatakan giberelin eksogen yang umum digunakan dan
tersedia di pasaran
adalah GA3 (giberelin-3), yang dikenal juga dengan nama asam giberelat.
Walaupun saat ini telah
diketahui tumbuhan dapat menghasilkan GA3 sendiri, akan tetapi
jumlah yang dihasilkan sendiri oleh tumbuhan tersebut belum cukup untuk merangsang
perkecambahan terutama untuk biji berkulit keras. Perendaman dengan GA3 terhadap biji
yang berkulit keras perlu dilakukan untuk mempercepat proses perkecambahan.
Perendaman biji yang lebih lama diharapkan akan meningkatkan zat pengatur
tumbuh yang diserap biji sehingga dapat mempercepat perkecambahan dan
meningkatkan persentase perkecambahan yang
mengakibatkan
pertumbuhan juga akan meningkat. Berdasarkan
uraian diatas, maka dilakukan penelitian untuk mengetahui pengaruh hormon
giberelin (GA3) terhadap daya kecambah dan vigoritas Calopogonium caeruleu.
III.
METODOLOGI
3.1
Alat
dan Bahan
Alat yang digunakan
pada percobaan ini adalah timbangan, pipet mikro, kamera, gelas ukur, mistar,
cangkul, jangka sorong dan ajir.
Sedangkan bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah bahan yang
dibutuhkan adalah biji
Calopogonium,
GA3, alkohol, akuades, polybag, tanah kebun, pasir, kapas, pupuk
kandang dan furadan.
3.2
Metode
Penelitian menggunakan Rancangan Acak Lengkap
(RAL) dengan dua faktor. Faktor pertama konsentrasi GA3 (G) terdiri
dari 6 taraf G0 = 0 ppm, G1 = 100 ppm, G2 = 200 ppm, G3 = 300 ppm, G4 = 400
ppm, G5 = 500 ppm. Sedangkan faktor ke dua adalah lama perendaman, terdiri dari
3 taraf yaitu T1 = 6 jam, T2 = 12 jam dan T3 = 24 jam. Untuk masing-masing
perlakuan digunakan sebanyak 10 biji Calopogonium
caeruleum. Sehingga percobaan ini terdiri dari 18 kombinasi perlakuan dan
masing-masing perlakuan diulang sebanyak 3 kali. Tahap-tahap pelaksanaan penelitian
meliputi (i) pembuatan larutan GA3; (ii) pemilihan biji; (iii)
persiapan media tanam; (iv) penanaman biji, dan (v) pemeliharaan tanaman.
2.2.1 Pembuatan larutan GA3
GA3 sebanyak 1 g dilarutkan dengan
menambahkan sedikit alcohol 70% ke dalam labu takar 1000 ml, kemudian
ditambahkan akuades sampai volume akhir 1000 ml, sehingga didapatkan GA3
dengan konsentrasi 1000 ppm sebagai larutan stok. Kemudian untuk mendapatkan GA3 yang
diperlukan sesuai perlakuan, maka dilakukan pengenceran dari larutan stok.
2.2.2
Pemilihan Biji
Biji Calopogonium
caeruleum yang digunakan dipilih biji yang mempunyai viabilitas/daya
kecambah tinggi yaitu biji yang matang dan utuh.
2.2.3 Persiapan Media Tanam
Media tanam yang digunakan adalah tanah
kebun yang dicampur pasir dan pupuk kandang dengan perbandingan 2:1:1. Sebelum
dimasukkan kedalam polibag berukuran 25 x 30, media tersebut dibersihkan dari
kotoran seperti daun-daunan dan lainnya. Setiap polibag berisi 3 kg.
2.2.4 Penanaman Biji
Biji dikecambahkan
dengan direndam dalam larutan GA3 dengan lama dan konsentrasi sesuai
dengan masing-masing perlakuan. Biji ditugalkan ke dalam media tanam yang sudah
dipersiapkan. Setiap polibag berisi 10
biji Calopogonium caeruleum. Setelah
semua berkecambah, kemudian dipilih bibit yang paling baik pertumbuhannya yang
akan dijadikan sampel yang akan diamati.
2.2.5 Pemeliharaan Tanaman
Tahapan ini meliputi penyiraman,
penyiangan serta pemberantasan hama dan penyakit. Penyiraman dilakukan 2 kali sehari atau tergantung
kondisi pada saat itu. Penyiraman dilakukan menggunakan volume air yang sama.
Penyiangan
dilakukan apabila ada
gulma yang tumbuh. Parameter yang diamati meliputi daya
kecambah (%) dan
vigoritas benih (%). Data yang diperoleh dianalisis secara
statistik, menggunakan
analisis sidik ragam(ANOVA) dilanjutkan dengan uji lanjut Duncan pada taraf 5
%.
IV.
HASIL
DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Percobaan
Adapun Hasil dari
percobaan ini adalah:
4.2 Pembahasan
Dari hasil
analisis keragaman di atas, dapat dilihat bersama bahwa interaksi konsentrasi GA3 dan lama
perendaman menunjukan pengaruh yang nyata terhadap perkecambahan
Calopogonium
caeruleum. Uji
jarak berganda Duncan menunjukkan bahwa pada konsentrasi GA3 500 ppm
dengan lama perendaman 24 jam
menghasilkan persentase perkecambahan
yang tertinggi yaitu sebesar 57,33%. Terlihat bahwa pada perlakuan konsentrasi GA3
dan waktu perendaman yang lain hasilnya berbeda, namun rata-rata data semakin besar
konsentrasi GA3 dan semakin lama waktu perendaman, maka presentasi
perkecambahan pun semakin tinggi. Konsentrasi giberelin 500 ppm dengan
lama perendaman 24 jam merupakan
konsentrasi yang optimal dalam merangsang
perkecambahan biji Calopogonium
caeruleum. Konsentrasi giberelin ini merupakan konsentrasi yang maksimal
yang diberikan pada perlakuan. Demikian
juga halnya dengan waktu lama
perendaman.
Giberelin yang
berada di luar tanaman akan mengubah
level giberelin dalam tanaman yang terdapat dalam biji, level ini
menjadi faktor pemicu terjadinya proses perkecambahan. Menurut
Kamil (1982), asam giberelin
didifusikan ke lapisan yang menjadi tempat dibuatnya enzim-enzim hidrolitik (alfa
amilase,protease, beta gluconase, fosfatase). Enzim-enzim
hidrolitik kemudian berdifusi ke endosperm menjadi gula, asam-asamamino dan lain-lain. Zat-zat ini
semua yang merangsang pertumbuhan dari embrio biji
tersebut. Selain itu,
Wilkins (1989) menyatakan
giberelin juga dapat meningkatkan enzim
proteinase yang mengubah protein menjadi asam amino dan enzim lipase yang
mengubah lemak menjadi asam lemak dan
gliserol yang larut.
Menurut Abidin (1987) perendaman benih
dalam larutan giberelin dapat menyebabkanterjadinya
pelunakan kulit benih. Sehingga kulit benih tersebut lebih permeable terhadap air dan oksigen. Kulit benih yang lebih tipis akan memudahkan benih menyerap
larutan giberelin. Dengan masuknya giberelin ke dalam benih,
maka pembentukan enzim alfa amylase untuk
mengubah pati menjadi gula
pun akan semakin cepat.
V.
KESIMPULAN
Kesimpulan dari pengamatan percobaan kali ini adalah:
1.
Interaksi
konsentrasi GA3 dan lamaperendaman memperlihatkan pengaruhyang nyata
(P<0,05) terhadap persentase perkecambahan (daya berkecambah Calopogonium
caeruleum.
2.
Perlakuan
yang terbaik dalam menghasilkan persentase
perkecambahan Calopogonium caeruleum
tertinggi adalah G5-T3 (GA3 500 ppm
dengan lama perendaman 24 jam) yaitu sebesar 57,33%.
DAFTAR PUSTAKA
Abidin Z. 1987. Ilmu
Tanaman. Angkasa. Bandung.
Davies PJ. 1995. Plant
Hormones. Kluwer Academic Publisher. Dordrecht.
Hopkin WG. 1995. Introduction
to Plant Physiology. Jhon Wiley & Sons, Inc. Singapore.
Kamil J. 1982. Teknologi
Benih. Angkasa. Bandung.
Mannetje L and Jones RM. 1992. Plant Resources of South East Asia. No. 4. Forages. PROSEA. Bogor.
Indonesia
Wattimena GA. 1992. Bioteknologi Tanaman. PAU Bioteknologi IPB. Bogor.
Wilkins MB. 1989. Fisiologi
Tanaman Budidaya. Terjemahan Sutedjo, M dam A.G. Kartasapoetra.ia.Jakarta.