PESTISIDA
DAN LINGKUNGAN
(Makalah
Ekologi Pertanian)
Oleh
M.
Ikhwan Alrasyid 1314121107
M.
Sofarizano. K 1314121109
Rindang
Wicaksono 1314121150
JURUSAN
AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS
PERTANIAN
UNIVERSITAS
LAMPUNG
2014
.....................................................................................................................................................................
I.
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Dewasa ini, pestisida sangat marak digunakan oleh
para petani untuk terus meningkatkan hasil pertanian mereka. Namun terkadang,
terdapat pemikiran keliru dalam menggunakan pestisida. Ada yang berfikir bahwa
semakin banyak menggunakan pestisida, maka tanaman mereka akan semakin aman
dari hama tanpa memikirkan dampaknya bagi lingkungan sekitar. Misalnya, dengan
menggunakan insektisida secara berlebihan, serangga hama memang dapat dibasmi
olehnya, namun serangga dan organisme lain yang tidak mengganggu tanaman pun
ikut mati, baik karena terkena insektisida itu, maupun karena kekurangan
mangsa.
Dampak penggunaan pestisida yang besar tersebut akan
terus membesar jika tidak segera ditanggulangi, terutama di Indonesia yang
rata-rata bermatapencaharian sebagai petani. Bayangkan jika semua petani di
Indonesia menggunakan pestisida secara berlebihan dan tidak sesuai takaran? Akan
jadi bagaimana alam kita yang indah ini.
B. Tujuan
Adapun tujuan diangkatnya tema pada makalah ini
adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui
dampak dari penggunan pestisida terhadap lingkungan.
2. Mengetahui
batasan-batasan penggunaan pestisida.
3. Mengetahui
cara lain dalam mengendalikan hama selain pestisida.
..................................................................................................................................................................
II. PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Pestisida
Pembasmi hama atau pestisida adalah bahan yang digunakan untuk mengendalikan, menolak, atau membasmi organisme pengganggu (hama). Nama ini berasal dari pest (hama) yang diberi akhiran -cide (pembasmi). Sasarannya bermacam-macam, seperti serangga, tikus, gulma, burung, mamalia, ikan, atau mikroba yang dianggap mengganggu.
Penggunaan pestisida tanpa mengikuti aturan yang diberikan dapat membahayakan kesehatan manusia dan lingkungan. Berdasarkan Konvensi Stockholm mengenai Polutan Organik Persisten, 9 dari 12 senyawa kimia organik berbahaya berasal dari pestisida.
B.
Pemanfaatan
Pestisida
juga digunakan untuk mengendalikan keberadaan hama yang diyakini membahayakan.
Misal nyamuk yang dapat membawa berbagai penyakit mematikan
seperti virus Nil Barat, demam kuning, dan malaria. Pestisida juga ditujukan kepada serangga yang dapat menyebabkan
alergi seperti lebah, tawon, semut, dan
sebagainya.
Insektisida atau pestisida untuk serangga, digunakan
di peternakan dalam mencegah kehadiran serangga yang mampu
menularkan penyakit dan menjadi parasit. Pestisida bisa juga digunakan dalam
pengawetan makanan, seperti mencegah tumbuhnya jamur pada bahan pertanian dan
mencegah atau membunuh tikus yang biasa memakan simpanan hasil pertanian.
Herbisida
digunakan dalam transportasi seperti membunuh gulma di pinggir jalan dan trotoar. Tumbuhan dan hewan invasif juga dapat ditanggulangi dan
dicegah dengan pestisida. Herbisida dan algasida telah digunakan untuk
mengendalikan pertumbuhan alga dan tumbuhan air di perairan. Hama seperti rayap dan jamur dapat
merusak struktur bangunan yang terbuat dari kayu.
Pestisida
dapat menyelamatkan usaha pertanian dengan mencegah hilangnya hasil pertanian
akibat serangga dan hama lainnya. Di Amerika Serikat, diperkirakan setiap dolar
yang dikeluarkan untuk pestisida menyelamatkan empat dolar uang yang dapat
hilang karena hama. Studi lainnya menemukan bahwa tanpa penggunaan pestisida,
hasil pertanian dapat turun sekitar 10%. Studi lainnya yang
dilakukan
pada tahun 1999 menemukan bahwa pelarangan pestisida di Amerika Serikat dapat
menyebabkan kenaikan harga pangan, hilangnya lapangan pekerjaan, dan
meningkatnya penderita kelaparan.
Di tahun
2006 dan 2007, dunia telah menggunakan setidaknya 5.2 miliar pon pestisida
dengn herbisida merupakan porsi terbesar, mencapai 40%, diikuti insektisida
17%, dan fungisida 10%. Di tahun yang sama, Amerika Serikat menggunakan 1.1
miliar pon pestisida. Saat ini terdapat 155 juta bahan aktif yang terdaftar
sebagai pestisida
yang dapat
digunakan bersama-sama untuk membentuk 20000 jenis produk pestisida.
Diperkirakan pasar ini akan mendapatkan keuntungan sebesar US$ 52 miliar pada
tahun 2019.
C. Dampak Bagi Lingkungan
Penggunaan pestisida ternyata meningkatkan jumlah permasalahan pada lingkungan. Lebih dari 90% insektisida dan 95% herbisida yang disemprotkan menuju ke tempat yang bukan merupakan target. Arus pestisida terjadi ketika pestisida yang tersuspensi di udara sebagai partikel terbawa oleh angin ke wilayah lain, sehingga berpotensi menimbulkan pencemaran.Pestisida merupakan masalah utama polusi air dan beberapa pestisida merupakan polutan organik yang menyebabkan kontaminasi tanah.
Pestisida juga mengurangi keanekaragaman hayati pertanian di tanah sehingga mengurangi laju pengikatan nitrogen, hilangnya polinator, menghancurkan habitat (terutama habitat burung), dan membahayakan satwa terancam. Seiring waktu, spesies hama dapat mengembangkan ketahanan terhadap pestisida sehingga dibutuhkan penelitian untuk mengembangkan pestisida jenis baru.
D. Pengganti & solusi
Ada beberapa tumbuhan yang berguna sebagai biopestisida. Sejumlah catatan menyebutkan, lebih dari seribu tanaman berpotensi sebagai pestisida. Minyak atsiri dari tumbuhan-tumbuhan ini punya senyawa aktif yang bisa digunakan sebagai bahan-baku insektisida. Seperti penelitian mengenai keefektifan biopestisida terhadap hama thrips pada kentang yang berusia 45 hari. Penggunaan cengkeh, serai wangi, dan kayu manis sebanyak 2ml, terbukti efektif dalam mengendalikan hama Thrips palmi sebanyak 82%.Dapat pula digunakan mimba (Azadirachta indica A. Juss.) sebagai pestisida nabati. Mimba dipergunakan sebagai pestisida dengan dua cara, cara pertama memakai serbuk dan dilarutkan ke dalam air. Cara kedua dapat dipakai dengan cara industri, diambil sari pati azadirakhtin 0,8-1,2 %. Menurut peneletian, pestisida nabati dari mimba terhadap ulat jarak (Achea janata) dapat menyebabkan kematian larva hingga 79-100%. Larva ulat grayak (Spodoptea litura) dan ulat tembakau (Helicoverpa armigera) menjadi terganggu pertumbuhan larvanya karena mimba ini.
.........................................................................................................................................................
KESIMPULAN
1.
Pestisida adalah cara penganggulangan hama yang
memiliki dampak buruk bagi lingkungan jika digunakan secara berlebihan.
2.
Penggunaan pestisida yang tidak sesuai takaran dapat
merusak lingkungan seperti membunuh organisme lain yang bukan hama, serta dapat
mencemari air dan udara.
3.
Penggunaan pestisida boleh dilakukan, asal sesuai
takaran atau tidak berlebihan.
4.
Senyawa kimia yang sering digunakan dalam pestisida
dapat diganti dengan tanaman yang memiliki kandungan minyak astiri dan zat lain
yang bisa membunuh hama pengganggu tanaman milik petani tersebut.
......................................................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
Fardiaz, Dedi. 1989. Kromatografi Gas Dalam Analisis Pangan.
Penerbit IPB. Bandung
Panut, Djojosurmarto. 2000. Teknik Aplikasi Pestisida Pertanian.
Penerbit kanisius. Yogyakarta
Sastraatmadja, Entang. 1993. Penyuluhan
Pertanian. Penerbit Alumni. Bandung
Setiana, Lucie. 2005. Teknik Penyuluhan dan Pemberdayaan Masyarakat.
Ghalia Indonesia. Jakarta